MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM TIPE RALPH TYLER DAN TIPE ADMINISTRATIF

BAB III
PEMBAHASAN

A.    MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM TIPE RALPH  TYLER
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :
1) Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
2) Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?
3) Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan?
4) Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?

Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi :
1) Menentukan tujuan pendidikan
2) Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan
3) Menentukan organisasi pengalaman belajar
4) Menentukan evaluasi pembelajaran
Berikut ini penjelasan setiap tahapan model pengembangan kurikulum Tyler.
1) Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna memepermudah pencapaian tujuan tersebut.
Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu : a) hakikat peserta didik b) kehidupan masyarakat masa kini c) pandangan para ahli bidang studi. Ketiga aspek tersebut harus dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan umum. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut, selanjutnya di filter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi belajar.
Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik dan pengembangan sikap sosial.
2) Menentukan Proses Pembelajaran
Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena itu ketetapan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan pencapaian tujuan yang telah di tetapkan.
3) Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan di organisasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya di gunakan.
Pengorganisasian pengalaman belajar bisa dilakukan secara vertikal maupun horizontal serta memerhatikan aspek kesinambungan.
Penjelasan lebih lanjut tentang pengorganisasian materi akan di sajikan dalam pembahasan tersendiri.
4) Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dari model Tyler. Jenis penilaian yang  akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses  belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembangan kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.[1]



B. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM TIPE ADMINISTRATIF
Pengembangan kurikulum model ini di sebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang di dukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu : ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.
Tim ini bertugas mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pelajaran, menyusun alternatif proses pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
Selanjutnya, kurikulum yang sudah selesai di susun kemudian diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek-aspek kurikulum secara terkoordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji coba maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan (desiminasi). Setelah perbaikan atau penyempurnaan kurikulum serta perlu diuji cobakan secara nyata di beberapa sekolah yang dianggap representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga profesional sebagai pelaksana lapangan, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.[2]
            Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama bertahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring, pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaannya. Setelah berjlan beberpa saat, perlu juga dilakukan evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-komponennya, prosedur plaksanaan maupun keberhasilannya. Penilaian meneyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah, sedangkan penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik bagi instansi pendidikan tingkat pusat, daerah, maupun sekolah.[3]
Secara teknis operasioanal pengembangan kurikulum model administratif ini menempuh beberapa langkah sebagai berikut:
1.      pertama Tim pengembangan kurikulum mulai mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan maupun strategi (naskah akademik);
2.      kedua Analisis kebutuhan;
3.      ketiga secara operasional mulai merumuskan kurikulum secara komprehensif;
4.      keempat kurikulum yang sudah selesai dibuat kemudian dilakukan uji validasi dengan cara melakukan uji coba dan pengkajian secara lebih cermat oleh tim pengarah (tenaga ahli);
5.      kelima revisi berdasarkan pada masukan yang diperoleh;
6.      keenam sosialisasi dan desiminasi dan;
7.      ketujuh monitoring dan evaluasi




BAB III
KESIMPULAN
1.      Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah : Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?, Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan?, Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan? dan bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
2.      menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi : Menentukan tujuan pendidikan, Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan, Menentukan organisasi pengalaman belajar dan Menentukan evaluasi pembelajaran.
3.      Pengembangan kurikulum model ini di sebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum.
4.      Secara teknis operasioanal pengembangan kurikulum model administratif ini menempuh beberapa langkah sebagai berikut: pengembangan naskah akademik, analisis kebutuhan, pegembangan draft kurikulum, uji coba, revisi, sosialisasi dan desiminasi, serta monitoring dan evaluasi




DAFTAR PUSTAKA

Nana Syaodih sukmadinata, 2008, Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Toto Ruhimat dkk, 2011, Kurikulum & Pengembangan, Jakarta : Rajawali Pers,


[1] Toto Ruhimat dkk, Kurikulum & Pengembangan, Jakarta : Rajawali Pers, 2011, hal. 79-81
[2] ibid, hal. 81-82
[3] Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2008, hal. 162

0 komentar:

Posting Komentar